Langsung ke konten utama

Sejarah Monumen AW. Soemarmo-kronologi peristiwa gugurnya Asisten Wedono M. Soemarmo

Assalamualaikum sahabat kehidupan

Masih ingat dengan kata yang satu ini? "Jangan pernah melupakan sejarah, ini akan membuat dan mengubah siapa kita" terutama sejarah mengenai para pejuang kita, karena "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya" 
Seperti yang dikatakan sang Proklamator, Bung karno menegaskan bahwa kita sebagai bangsa yang besar sangat sangat diharamkan melupa sejarah bangsa kita sendiri. 
Jadi_saya akan sharing sedikit mengenai sejarah yang ada di daerah tempat tinggal saya. 

MONUMEN AW. SOEMARMO


                 Sebuah Monumen berdiri di desa yang tergolong daerah Pegunungan Kandeng Desa Tlahab Kidul Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. Monumen terbuat dari bangunan semen yang dilapisi keramik putih. Bentuk monumen utama adalah tiga buah balok tegak dengan ujung miring, dua balok yang lebih tinggi mengapit balok yang lebih pendek. Monumen berdiri di atas altar dengan lantai keramik berwarna merah darah dan memiliki anak tangga tiga sap. Di kelilingi dengan pagar keliling persegi dengan sisi sekitar 20 meter. Balok tertingi sekitar 380 cm, balok kedua 300 cm, dan balok terendah 200 cm. Ada prasasti yang menempel di balok terendah. Dalam batu prasasti itu di tertulis : 

       “DI SINI GUGUR ASISTEN WEDANA SOEMARMO,MELAWAN GEROMBOLAN DI/TII,                                         PADA HARI SENIN KLIWON 20 NOVEMBER 1962.”

         Monumen AW. Soemarmo berdiri di Desa Tlahab Kidul Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. Persis di barat jalan raya, sekarang persis di depan SMP Negeri 3 Karangreja . Dulu kabupaten purbalingga di bagi menjadi tiga wilayah kewadenan yaitu kewadenan Purbalingga, Bukateja dan Bobotsari. Wedana membawahi para camat oleh karena itu camat di sebut sebagai asisten wedana,atau pejabat yang membantu tugas wedana. Dulu ada jabatan Penatus, Penatus adalah salah satu lurah yang bertugas mengkoordinasi beberapa lurah. Pada sekitar tahun 1960 yang menjadi camat di karangreja adalah Bapak soemarmo. Soemarmo lahir di Desa Mipiran, Padamara, Purbalinga. Sebuah desa di ujung barat wilayah Kabupaten Purbalingga. 

 RIWAYAT HIDUP AW. SOEMARMO 

M.Soemarmo adalah putra dari keluarga marto sukardjo, guru Sekolah Angka Telu Banyumas dengan Surkiah. Di lahirkan pada tahun 1921 di Banyumas dan mempunyai enam orang saudara yang masing-masing bernama : 
  1. Partini 
  2. Siam 
  3. martiah Kusmiati 
  4. Suryati 
  5. Suprapto.BE 
  6. Surtiah (Meninggal umur 4 tahun.) 


             Tahun 1927 ia memasuki sekolah H.I.S Banyumas sampai tamat tahun 1933, kemudian meneruskan MULO di Purwokerta tahun 1936 melanjutkan sekolah di H.I.K Yogyakarta. Sewaktu beliau menduduki kelas II tahun 1939 M.Soemarmo yang di kenal lemah lembut tetapi memiliki sifat keras yang menunjukan sikap sosok pemuda yang sangat mendambakan kemerdekaan bangsa dan negara indonesia dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Oleh karena perbuatanya, waktu itu juga M.Soemarmo di pecat dan di keluarkan dari H.I.K Yogyakarta dan kembali pulang ke banyumas. Ia juga mengikuti kursus mengetik selama satu tahun. Pada tahun 1941 M.Soemarmo menjadi juru tulis di Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara dan di situlah pemuda M.Somarmo bertemu dengan R.Ngt.Soekarminah, putri seorang Mantri Polisi Pamong Raja (MPP) Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Pada bulan Januari 1943 keduanya melangsungkan pernikahan. Pada tahun 1946 pangkatnya dinaikkan menjadi klerek dan dipindahkan ke Cilacap. Pasangan M. Soemarmo dan R. Ngt. Soekarminah mempunyai putra dan putri, masing-masing yaitu : 
  1. Rr. Soelasih Ninghartati (1948) mengikuti suami yang bekerja di Sub Dolog Ungaran. Pensiun tahun 1999 sebagai kepala Gudang Beras Sub Dolog. 
  2. M. Walryudi Budiharton, B.BA (1949) 
  3. Dr. Wahyono Purnomohadi, MFR, MED, Dosen Institut Usaha Perikanan di Jakarta. 
  4. Herman (meninggal masih bayi) 
  5. Haryanto (meninggal masih bayi) 
  6. Rr. Sri Winarti (meninggal tahun 1961) 


             Tahun 1945 beliau di angkat menjadi Mantri Polisi kelas II (dua) di kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Tahun 1952 di pindahkan ke Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara dengan jabatan Mantri Polisi I (satu) hingga tahun 1954. Tahun 1958 M.Soemarmo di angkat menjadi Asisten Wedono Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga di Desa Tlahab Lor menggantikan Asisten Wedono Soekadir dan gugur pada 20 tahun 1961, hari senin kliwon tertembak dalam melawan gerombolan DI//TII yang menyerang komplek kantor Kecamatan Karangreja di Tlahab kidul bersama anaknya Rr.Sri Winarti berumur 4 tahun. Jenazah M. Soemarmo di makamkan di Taman Makam Pahlawaan Purboyoso Kabupaten Purbalingga sedangkan putrinya di makamkan di Majapura, Kecamatan Bobotsari. 

 GUGURNYA ASISTEN WEDONO M.SOEMARMO

          Tahun tahun 1958 tercatat dalam sejarah nasional Indonesia sebagai tahun terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang berpusat di Jawa Barat kemudian menyebar kea rah timur samapai Jawa Tengah, termasuk kawasan sekitar Gunung Slamet. sekitar tahun 1958,1959, dan 1961 Masyarakat berdomisili di sekitar wilayah Bobotsari dihantui oleh serangan tentara DI/TII yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo. Rangkaian pengunungan kendeng Kecamatan Karangreja menjadi jalur lalu lintas dan tempat persembunyian anggota gerombolan DI/TII dari kejaran TNI (khususnya dari Benteng Raiders) maupun polisi (dari Brimbib). Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, DI/TII biasanya merampas harta benda milik rakyat, oleh karena itu rakyat masyarakat yang tinggal di Karangreja,Tlahab Kidul, Dagan, Palumbungan, Limbasari dan seterusnya menjadi resah. Sehingga untuk mrngantisipasinya masyarakat bergotong royong membuat pagar keliling dari bambu sampai tiga lapis.,tahun 1958 Kantor Kecamatan Karangreja masih berada di Desa Tlahab Lor menempati rumah S. Soemedhi, penatus Desa Tlahab Lor M.Soemarmo membangun komplek perkantoran dan perumahan bagi para pegawainya dengan dana swadya, beliau menghendaki tempat di sebelah selatan Pasar Sikandut desa Tlahab Kidul yang yang letaknya dekat dengan jalan menghubungkan Bobotsari Karangreja menuju pemalang. akhirnya tahun 1961 terbukti gagasan dan berdiri kantor Asisten Wedono kecamatan karangreja yang di tempati untuk kantor BODM (sekarang koramil) dan klinik kesehatan meskipun dalam bentuk sederhana paling tidak gagasannya benar-benar menjadi kenyataan. 

           Hari senin kliwon tanggal 20 november 1961, malam itu para petugas yang melaksanakan tugas piket di kantor adalah mantra polisi Soedarso, juru tulis Pangat Bleden (APP) Wasdi, Wiryadiharjo dan seorang petugas ronda dari desa tlahab kidul yang bernama Sulim alias Warsawikarta kemudian datang, mufid seorang Bleden (APP) kecamatan Mrebet, yang rumahnya berdekatan dengan rumah dinas Asisten Wedono M.soemarmo sengaja bergabung dengan rekan-rekan yang lebih dulu di pendopo. Sementara Asisten Wedono M.Soemarmo berpakaian piyama putih berada di halaman rumah bersama Marwadi yaitu seorang anggota BODM yang bertempat tinggal di desa Kemojing desa Tlahab Kidul. 

kurang lebih pukul 19.30 WIB Mantri Polisi Soedarso bersama Bleden Wasdi meminjam pos keamanan di dukuh Silestreng, juga diikuti Bleden Mufid pulang kerumah. sedangkan Juru Tulis Pangat waktu itu sedang tidak enak badan tetap setia duduk di belakang meja kerjanya dengan berkerudung handuk. 

 Pukul 20.30 WIB Mantri Polisi Soedarso dan Bleden Wasdi kembali ke kantor yang selanjutnya untuk mengisi waktunya mereka gunakan bermain catur, sedangkan Asisten Wedono M. Soemarmo sejak tadi di luar ditemani Marwadi hendak masuk rumah karena waktunya mulai malam. Mawardi sendiri mohon diri untuk meninju pos keamanan di dukuh kemojing ditemani seorang anggota OPR (Sekarang Hansip) Kartadi kamin. Di dalam rumah Asisten Wedono M. Soemarmo duduk membuat rokok sambil menikmati siaran radio wayang kulit dengan cerita anoman obong. Pukul 22.00 WIB Sulim alias Wasawikarta petugas ronda dari Tlahab Kidul memberitahukan kepada mereka yang berada di dalam kantor bahwa mereka melihat sesuatu yang mencurigakan yaitu sinar senter dari arah barat kantor Kecamatan. hal tersebut disangka orang sedang mencari jangkrik atau cahaya kunang-kunang saja.mendengar hal seperti itu petugas piket tadi kembali keluar meyakinkan sinar apa sebenarnya yang dilihat.belum dapat diketahuinya, ia dikejutkan tembakan yang diarahkan ke komplek Kantor Kecamatan Karangreja, disusul dengan tembakan berikutnya sehingga petugas piket ronda itu lari demi keselamatan diri dan jiwanya. serentetan tembakan pertama datang dari arah barat kantor disusul tembakan dari arah selatan, dengan demikian komplek perkantoran telah dikepung oleh orang bersenjata yang menamakan dirinya sebagai kelompok Darus Islam. maka mereka yang ada di Pendopo dengan perasaan panic langsung keluar rumah menyeberang jalan terus menembus tanaman jagung dan bersembunyi di tepi sungai. mereka adalah Mantri Polisi Soedarso, Bleden Wasdi dan Wirya. sementra Juru Tulis Pangat bersembunyi di meja Asisten Wedono M. Soemarmo dengan wajah pucat pasi karena tembakan yang terus menerus diarahkan ke rumah serta perkantora, Juru Tulis Pangat memutuskan ikut melarikan diri, ia yakin tidak lama lagi pasti akan bertemu Darul Islam.ia keluar dan bertemu dengan pasukan tadi namun nasib lagi mujur ia tidak diapa-apakan, tetapi mereka tetap bersembunyi di antara tanaman jagung kemudian ketimur menyelusuri sungai. Sementara dirumah Asisten Wedono kepanikan yang amat sangat. Ibu M. Soemarmo mendekap putri bungsunya Rr. Sri Winarti yang berumur 4 tahun. putranya Wahyudi Budi Hartono dan Whyono Purnomohadi beserta pembantunya Wakem bersembunyi di kolong tempat tidur. Rr. Soelasih Ninghartati berada di Purworejo Sekolah SKP Kelas II. Asisten Wedono M. Soemarmo sendiri setelah mendengar tembakan kemudian masuk ke kamar sambil mengambil senjata Colt unuk mengadakan perlawanan.
              masuklah 4 orang bersenjata dengan menggunakan seragam militer dan berhadapan langsung dengan Asisten Wedono M. Soemarmo. tanpa pikir panjang beliau mengarahkan pistol dan menembakkan senjatanya kea rah orang tersebut, maka diantaranya terkena tembak.dari arah belakang beliau mendengar serentetan tembakan yang ternyata mengenai tubuhnya dan jatulah Asisten Wedono M.Soemarmo sambil berkata " Bu, Aku mati ! itulah kata-kata terakhir beliau yang keluar dari bibirnya. ucapan perpisahan kpada orang yang dicintainya terutama harapan agar istrinya dapat menyelamatkan diri bersama putra putrinya.
          Ibu Soemarmo melihat suaminya mati, sementara beberapa orang gerombolan mendekatinya dan meanyakan kunci brankas , namun dijawabnya dengan tidak tahu menahu tentang kunci itu. datang suara dari belakang Ibu M. Soemarmo yang bernada memerintah Tembak Saja ! saat itu juga terdengar senjata menjalak dari arah depan. beliau sedang berdiri mendekap erat putri bungsunya di dadanya. sesaat dirasakan tubuh putrinya tersentak dalam dekapanya dan tidak lama lagi diam.hampir bersamaan dengan tembakan terdengar bisikan di telinganya, jika ingin selamat agar menjatuhkan diri. beliau pun segera menjatuhkan diri mendekap putrinya. maka sekali lagi darah menetes ke bumi dan tak luput menyiram tubuhnya. Gerombolan tersebut kemudian menyentuh kakinya untuk meyakinkan apakah sudah mati atau belum kemudian ia menjawab bahwa wanita ini sudah mati. segera mereka mengangkat brangkas yang berada di sebelah tempat tidur, dimana di kolongnya putra putra beliau bersembunyi bersama pembantunya . namun ketiganya tidak terlihat oleh mereka. mereka langsung menjatuhkan kasur ke tanah dan disusul lampu petromak dengan menumpahkan minyak dalam lampu. kasurpun tersiram minyak dan dinyalakannya korek api kemudian merambat menghanguskan ruangan.melihat api mulai membesar mereka berhati-hati menyelamatkan diri keuar dari rumahmelalui pintu dapurkemudian lari ke lading jagung. Ibu Soemarmo keluar melewati jendela,kemudian melalui halaman dan lari bersembunyi di lading jagung dimana sudah ada orang lain bersembunyi lebih dahulu di lading jagung tersebut. dari tempat persembunyianya dilihatnya api mulai membesar maka terbakarlah rumah dinas Asisten Wedono M. Soemarmo termasuk tubuhnya beserta putrinya. 
         Kurang lebih pukul 24.00 WIB suasana mereda . Mentri Polisi Sudarso, Bleden Wasdi beserta anggota kamanan lainya kembali ke lokasi kantor untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari serangan gerombolan tadi.saat itu pula datang anggota BODM dan Perintis (sekarang Polri) dari Purbalingga dan bersama-sama memadamkan api yang masih menyala serta sebagian bertugas mengamankan lokasi dan mencari korban yang mungkin ditimbulkan, sedang gerombolan DI sudah menghilang di balik hutan. Dari puing-puing dan abu mereka menemukan Jenazah Rr. Sri Winarti dan Jenazah Asisten Wedono M. Soemarmo. tidak jauh dari komplek pekantoran yaitu di sebelah barat ditemukan jenazah laki-laki muda yang diperkirakan terkena tembakan Asisten Wedono.keesokan harinya, selasa tanggal 21 November 1961, kedua Jenazah dibawa kawedanan Bobotsari. Jenazah Asiten Wedono M. Soemarmo di bawa ke Pendopo kabupaten Purbalingga untuk selanjutnya dimakamkan di taman makam pahlawan Purbosaroyo, Purbalingga. sedangkan Rr. Sri Winarti di makamkan di pemakaman umum desa Majapura kecamatan Bobotsari. 

Sumber : SKRIPSI OLEH JOKO RUSNANTO

Komentar